6++ Pakaian Adab Jawa Barat – Pembagian Kasta, Gambar & Penjelasan


Pakaian Adat Jawa Barat – Sebagai provinsi dengan jumlah masyarakatpaling banyak di tanah air. Saat ini diperkirakan jumlah penduduknya mencapai 43.053.732 jiwa dengan sebaran sebanyak 28 juta jiwa tinggal di perkotaan, sementara sisanya tinggal di kawasan pedesaan.





Mayoritas penduduk Jawa Barat ialah Suku Sunda. Kemudian ada pula Suku Betawi dan Cirebon. Sementara kaum pendatang yang bermukim di Jawa Barat berasal dari Suku Jawa, Batak, Minangkabau, Melayu, Tionghoa, dan lain-lain.






Warisan Budaya Jawa Barat





Penduduk Jawa Barat umumnya terbagi menjadi 2 karakteristik yang sangat kontras. Pertama ialah penduduk urban perkotaan yang menetap di Jabodetabek dan Bandung. Kemudian yang kedua adalah penduduk yang tinggal di pedesaan dan masih memegang teguh akhlak dan budaya setempat dengan melestarikan warisan leluhur nenek moyang mereka.





Contoh pelestarian budaya ialah penggunaan bahasa Sunda untuk komunikasi sehari-hari. Kesenian Jawa Barat juga tetap hidup dan dilestarikan oleh para seniman lokal.





Selanjutnya dan tak kalah penting yaitu pakaian akhlak Jawa Barat yang terus dilestarikan. Hingga kini, busana tradisional orisinil Jawa Barat ini masih bisa kita temukan dalam penggunaan sehari-hari maupun pada upacara akhlak tertentu.





Pakaian Adat Jawa Barat





Sejarah pakaian adat dari Jawa Barat sangatlah mempesona, alasannya adalah di masa lalu busana ini dibedakan menurut kasta orang yang mengenakannya. Meskipun sekarang tata cara kasta dalam kelas sosial masyarakat Jawa Barat telah tidak lagi berkaitan, sungguh penting untuk mengetahui makna di balik setiap busana adab yang diwariskan oleh nenek moyang kita.





Pakaian budbahasa Jawa Barat terbagi menjadi busana untuk kalangan rakyat jelata, kelompok menengah, dan golongan menak atau aristokrat, yaitu sebagai berikut:





1. Baju Tradisional Kelas Bawah / Rakyat Jelata





Pakaian ini dulunya dikenakan oleh sebagian besar masyarakat Jawa Barat. Pengguna baju akhlak ini mayoritas bekerja sebagai petani dan peternak. Pakaian tradisional untuk rakyat jelata sungguh sederhana dan lazimnya terlihat lama. Hal ini diakrenakan busana tersebut dipakai berulang-ulang untuk melakukan pekerjaan bergairah.





baju salontreng




Kaum laki-laki Jawa Barat dari golongan rakyat jelata mengenakan atasan yang dinamakan baju Salontréng. Untuk bawahannya, mereka mengenakan celana komprang yang ukurannya longgar. Kombinasi Salontréng dan celana komprang ini biasa disebut sebagai Baju Pangsi.





Para laki-laki umumnya juga mengenakan sarung yang diselempangkan di pundak. Untuk bantalan kakinya, laki-laki Jawa Barat mengenakan sandal Tarumpah yang terbuat dari kayu. Sementara pada kepalanya, mereka mengenakan ikat kepala yang dinamakan Logen. Model ikatannya ada 2 jenis, yaitu Barambang Semplak dan Hanjuang Nangtung.





Sementara itu, para perempuan Jawa Barat dari kalangan rakyat jelata biasa mengenakan kamisol atau kebaya sederhana. Untuk bawahannya, mereka mengenakan kain batik yang dinamakan Sarung Kebat atau Sinjang Bundel. Kain ini bisa digunakan panjang sampai ke mata kaki, ataupun cuma menggantung sepanjang betis.





Penggunaan kain dengan cara tersebut dimaksudkan agar para perempuan lebih leluasa saat harus melakukan pekerjaan berat. Untuk mengencangkan kain, mereka mengenakan Beubeur atau ikat pinggang. Untuk ganjal kakinya, mereka mengenakan sandal jepit keteplek.





2. Pakaian Adat Kelas Menengah





Golongan kelompok menengah di penduduk Jawa Barat periode lalu yaitu mereka yang bermata pencaharian sebagai penjualatau saudagar, serta kaum cendekiawan yang meraih tingkat pendidikan tinggi juga masuk dalam klasifikasi ini.





baju bedahan




Golongan masyarakat ini intinya mempunyai jumlah kekayaan yang jauh lebih banyak dari kalangan rakyat jelata, tetapi bukan berasal dari keturunan darah biru. Mereka juga tidak perlu melaksanakan pekerjaan bernafsu, sehingga performa mereka pun jauh berbeda dengan rakyat jelata. Penampilan masyarakat kelas menengah terlihat rapi dan berwibawa.





Kaum laki-laki Jawa Barat dari kelas menengah umumnya mengenakan busana warna putih. Modelnya hampir sama dengan jas dan dinamakan Baju Bedahan. Untuk bawahannya, mereka tidak memakai celana, melainkan kain kebat yang disarungkan.





Untuk mengencangkan lilitan kain, mereka menggunakan sabuk. Untuk hiasan kepala, para pria kalangan menengah mengenakan Bengker. Tambahan aksesoris yang lain ialah arloji rantai berwarna emas yang dimasukkan ke dalam saku depan Baju Bedahan dengan rantai yang dibiarkan menggantung.





Sementara itu, kaum wanita Jawa Barat dari golongan menengah lazimnya mengenakan kebaya dalam aneka warna dan motif. Untuk bawahannya, mereka juga mengenakan kain kebat panjang. Ikat pinggang juga dikenakan untuk mengencangkan lilitan kain kebat.





Beberapa perempuan gemar mengenakan selendang sebagai aksesoris. Untuk ganjal kaki, perempuan kelas menengah mengenakan sejenis selop yang diberi nama Kelom Geulis. Wanita dari golongan menengah juga telah biasa memakai perhiasan berupa anting, kalung, gelang, dan cincin, walau ukurannya tidak terlalu besar.





3. Pakaian Tradisional Bangsawan





Kaum ningrat atau lazimdisebut sebagai Menak berada di posisi tertinggi dalam sistem kelas sosial penduduk Jawa Barat di kurun kemudian. Seperti halnya di banyak daerah lain di tanah air pada era kemudian, kaum darah biru sungguh dimuliakan dan disegani oleh kelompok penduduk di bawahnya. Secara performa pun, mereka sangat jauh berlainan dari kelas sosial lainnya.





menak priangan




Kaum laki-laki darah biru Jawa Barat umumnya mengenakan jas beludru warna hitam. Jas ini mempunyai dekorasi berbentuksulaman benang emas di bagian ujung lengan. Untuk bawahannya, mereka mengenakan celana panjang dari kain beludru dengan warna yang sama.





Celana tersebut biasanya polos, tetapi ada juga yang dihiasi dengan sulaman benang emas pada bab ujungnya. Tak lupa, mereka mengenakan ikat pinggang emas. Sementara untuk epilog kepala, para laki-laki bangsawan mengenakan Bendo. Untuk ganjal kakinya, mereka memakai selop hitam.





Sama dengan kaum prianya, para wanita aristokrat Jawa Barat juga mengenakan kain beludru untuk atasan mereka, tetapi versi pakaiannya ialah kebaya.





Kebaya beludru Jawa Barat dihiasi dengan sulaman benang emas. Terkadang juga disertakan manik-manik untuk makin mempercantik. Untuk bawahannya, kaum wanita mengenakan kain kebat bermotif rereng.





Rambut perempuan bangsawan dibentuk sanggul dengan aksesoris tusuk konde yang terbuat dari emas. Sementara untuk bantalan kaki, mereka mengenakan selop yang terbuat dari kain beludru warna hitam.





Tentu saja, para wanita ningrat juga mengenakan pemanis untuk mempercantik performa dikala mengenakan busana adat Jawa Barat. Biasanya, ukuran aksesori mereka lebih besar dan mewah bila ketimbang perempuan dari golongan menengah.





4. Pakaian Pengantin Jawa Barat





Hingga sekarang, tradisi pernikahan di Jawa Barat masih tetap memakai pakaian budpekerti untuk acara akad nikah. Untuk mempelai perempuan akan mengenakan kebaya yang terbuat dari bahan brokat. Model dan bentuknya umumnya dibentuk pas badan.









Untuk bawahannya, pengantin perempuan akan mengenakan kain batik kebat dengan motif Lereng Eneng Prada. Perhiasan yang digunakan pada acara ini adalah cincin, gelang, dan 2 buah kalung, berskala pendek dan panjang.





Sementara itu, mempelai pria mengenakan atasan seperti Beskap yang diberi nama Jas Buka Prangwedana. Warna jas ini disesuaikan dengan kebaya mempelai perempuan. Untuk bawahannya mereka mengenakan kain batik yang juga disesuaikan dengan mempelai perempuan.





Penutup kepala yang dikenakan mempelai pria adalah Bendo yang bertahtakan permata. Di bagian pinggang, mempelai laki-laki mengenakan Boro Sarangka, sejenis kantong yang berfungsi sebagai kawasan menyimpan keris.





5. Mojang Jajaka / Acara Resmi





Baju mojang jajaka dikenakan oleh pemuda pemudi Jawa Barat untuk mengenalkan kebudayaan tempat terhadap penduduk luas. Desain bajunya terlihat segar dan luwes.









Perempuan biasanya mengenakan kebaya berwarna polos dengan kain kebat di bagian bawah. Terdapat pula selendang dan ikat pinggang beubeur selaku aksesoris komplemen, serta alas kaki menggunakan warna yang harmonis.





Kemudian untuk jajaka mengenakan beskap atau jas tertutup dengan celana panjang polos. Selain itu, laki-laki akan mengenakan penutup kepala serta sepatu biar performa lebih optimal. Bila disandingkan, mojang dan jajaka akan namapak harmonis.





6. Baju Adat Untuk Anak-anak





baju adat anak jawa barat




Anak-anak Jawa Barat baik pria atau wanita memiliki busana adat keseahrian. Anak wanita mengenakan kebaya dengan bawahan kain kebat. Umumnya pakaian ini dikenakan saat peringatan tertentu, seperti Hari Kartini adatu wisuda sekolah.


Comments

Popular posts from this blog

Expert Aviation Accident Lawyer: Protecting Your Rights and Seeking Justice for Air Travel Incidents

Pohon Palem – Taksonomi, Morfologi, 16 Jenis Unik & Cara Merawat

Discover the Thrills of Flight at Aviator 10 in Alamogordo - Your Ultimate Adventure Destination!